di facebook kartun muslimah
Kamis, 13 Maret 2014
anak aktivis :')
Orang bilang anakku seorang aktivis. Dengan segudang kesibukan yang
disebutnya amanah umat. Orang bilang anakku seorang aktivis. Tapi bolehkah aku
sampaikan padamu nak? Ibu bilang engkau hanya seorang putri kecil ibu yang
lugu.
Anakku, sejak mereka bilang engkau seorang aktivis, ibu kembali mematut
diri menjadi ibu seorang aktivis. Dengan segala kesibukanmu, ibu berusaha
mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat.
Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini
adalah sesuatu yang sia-sia nak?
Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan
menghabiskan waktu bersamamu nak. Tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah
waktu yang sia-sia…
Anakku, kita memang berada di satu atap nak, di atap yang sama saat dulu
engkau bermanja dengan ibumu ini. Tapi kini di manakah rumahmu nak? ibu tak
lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu di
rumah, dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu. Larut malam engkau
kembali dengan wajah kusut.
Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi ibu berharap engkau sudi mengukir
senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu.
Ah, lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu lelah dengan
segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu. Atau jangankan
untuk tersenyum, sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja, katamu
engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal, andai kau tahu nak, ibu ingin
sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja,
memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu.
Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak. Tapi bukankah aku ini ibumu,
yang 9 bulan waktumu engkau habiskan di dalam rahimku.
Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau
begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi
untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, ibu
bangga padamu.
Namun, sebagian hati ibu mulai bertanya nak, kapan terakhir engkau
menanyakan kabar ibumu ini nak? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti
engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu? Kapan terakhir engkau menanyakan
keadaan adik-adikmu nak? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari
anggota organisasimu nak?
Anakku, ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat engkau merasa sangat
tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu. Memang nak,
menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang
harus kau buat, tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan.
Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak? Bukankah keluargamu ini
adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?
Anakku, ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis.
Jadwalmu begitu padat nak, ada rapat di sana sini. Ada jadwal mengkaji, ada
juga jadwal untuk bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi
lembarnya. Di sana ada sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.
Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu
ada di sana.
Ternyata memang tak ada nak, tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta
ini. Tak ada cita-cita untuk ibumu ini. Padahal nak, andai engkau tahu, sejak
kau ada di rahim ibu, tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu,
selain cita dan agenda untukmu, putri kecilku…
Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka, mereka bilang engkau seorang
organisatoris yang profesional. Boleh ibu bertanya nak, di mana
profesionalitasmu untuk ibu? Di mana profesionalitasmu untuk keluarga? Di mana
engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat.
-tulisan di ambil dari seseorang-
di facebook kartun muslimah
di facebook kartun muslimah
Langganan:
Postingan (Atom)